Path of Hate
“Aku beri tahu sedikit rahasia,” kata seseorang yang kutemui di perjalanan beberapa waktu yang lalu.
View original post 683 more words
View original post 683 more words
“Ada saatnya dalam hidupmu engkau ingin sendiri saja bersama angin menceritakan seluruh rahasia…lalu meneteskan air mata” (Bung Karno, 1933)
😅 – at Stasiun Tambun
View on Path
#pathdaily
View on Path
View on Path
💖
View on Path
AKU, oleh Chairil Anwar
Kalau sampai waktuku
‘Ku mau tak seorang kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
Dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak perduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
View on Path
View original post 2,679 more words
“Wong, Saya Enggak Pernah Berubah”*
Jangan sembarangan, Gus Dur masih pemimpin umat. Itulah setidaknya menurut pengurus Nahdlatul Ulama (NU) Cabang Lampung yang datang ke kantor Pengurus Besar (PB ) NU di Kramat Raya, Jakarta Pusat. “Akan hadir sedikitnya 50.000 umat kalau Gus Dur bisa datang,” bisik salah seorang di antara rombongan itu, yang mengundang Abdurrahman Wahid untuk hadir dalam sebuah pertemuan umat di Lampung, nanti.
Menerima pengurus NU dari berbagai daerah, itulah bagian dari kesibukan Abdurrahman Wahid di Kantor PBNU sehari-hari. Dan, Abdurrahman Wahid tetaplah Gus Dur. Maksudnya, di antara acara “serius” itu, biasa, ia masih bisa menemukan waktu longgar, misalnya hari itu, 7 November, sebelum rombongan Lampung datang. Ketua Tanfidziah Pengurus Besar NU itu sempat “olahraga” sejenak. Ia mondar-mandir bertelanjang kaki dari ruangannya ke ruang tamu sambil menyiulkan lagu Barat Ramona. Badannya yang ekstrasubur tak menghalangi geraknya. Langkahnya cepat dan lincah, walaupun waktu itu ia tak mengenakan…
View original post 4,237 more words